26.2.14

Hidup Sungguh-Sungguh



Bacaan            : Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.
Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya. (1 Tesalonika 4:1, 9-10)
Audience         : Remaja
            Selamat Pagi Teman-teman yang terkasih, Berkah Dalem..
Pada hari ini, tema kita adalah hidup sungguh sungguh. Saya percaya bahwa kita semua adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Bahkan sejak lahir, kita sudah beragama dan diajak orang tua kita untuk mengenal Tuhan. Namun, apakah sepanjang kita hidup, kita sudah benar-benar mengenal Tuhan? Banyak orang berpikir bahwa cara untuk mengenal Tuhan tentunya diawali  dengan percaya kepada Tuhan sebagai juruselamat , berdoa, rajin ke tempat ibadah, membaca kitab suci, bertobat kepada Tuhan. Namun, bukan hanya itu saja. Firman Tuhan mengatakan cara untuk mengenal Tuhan sangat sederhana, yaitu dengan menaati perintah-perintahNya. Lalu seperti apa perintah-perintah itu?
            Perintah untuk mengasihi adalah perintah terutama dan utama. Jika kita kembali ke 10 perintah Allah, maka semuanya itu berbicara tentang 2 hal : mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Hukum cinta kasih adalah hukum yang terutama dalam ajaran Tuhan. Kasih pengampunan merupakan akar perdamaian sejati, dan jika kita menengok kembali pada diri kita kiranya mau tak mau kita harus mengakui dan menghayati diri sebagai orang yang telah menerima kasih pengampunan melimpah ruah dari Allah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita. Tanpa kita sadari kasih Tuhan senantiasa terjadi pada hidup kita setiap saat, mulai dari kita membuka mata mengawali hari kita, hingga kita akan beristirahat mengakhiri hari kita. Tuhan mengasihi manusia tanpa membeda-bedakan, semua orang dikasihi Tuhan, baik orang yang beriman maupun yang tidak beriman, bahkan yang sering menyakiti hati Tuhan pun juga dikasihi Tuhan. Contoh konkritnya, Tuhan memberikan sinar matahari yang sama bagi setiap orang tanpa membedakan suku budaya agama ras, memberikan segarnya oksigen yang sama kepada semua orang tanpa memandang apakah ia  beriman atau tidak. Sungguh, Tuhan benar-benar mengasihi kita dengan totalitas. Bahkan Allah mengorbanan puteraNya yang tunggal Yesus Kristus, untuk wafat di kayu salib demi menebus dosa-dosa umat manusia. Betapa besar kasih Tuhan pada kita bukan? Lalu sudahkah kita membalas kasih Tuhan yang begitu besar pada kita?
 “ Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. “ (1 Tesalonika 4:1)
Di dalam kutipan kitab Tesalonika tadi, “berkenan kepada Allah”, dapat pula diartikan untuk menyenangkan Allah.  Lalu bagaimana kita bisa menyenangkan hati Allah? Tentu dengan rajin berdoa, pergi ke tempat ibadah saja tidaklah cukup. Namun kita juga harus hidup dalam Kasih Allah. Hidup dalam kasih Allah dapat ditunjukkan dengan cara hidup kita yang mengasihi sesama. Sesama adalah semua orang tanpa terkecuali. Sesama bukan hanya mereka yang kita kenal, bukan hanya mereka yang bersikap baik pada kita, bukan hanya mereka yang kita sayangi, tetapi sesama adalah semua orang yang berjumpa dengan kita termasuk mereka yang tidak kita kenal dan mereka yang menjadi musuh atau yang telah menyakiti kita. Seperti halnya Tuhan, yang mengasihi semua manusia tanpa pengkotak- -sungguh di dalam Tuhan. Memang mengasihi semua orang apalagi yang telah menyakiti hati kita tidaklah mudah. Butuh kebesaran hati untuk mengasihi orang yang telah menyakiti hati kita. Dahulu saya memiliki teman, tetapi entah mengapa teman saya itu berubah sikap kepada saya, tiba-tiba saja Ia menjadi “dingin” kepada saya. Saya mencoba berbicara dan meminta maaf kepada dia, tetapi tetap saja ia “dingin”. Saya tidak ingin hubungan pertemanan kami menjadi rusak, namun apa daya, ia tetap seperti itu. Lalu saya memutuskan untuk terus mendoakan teman saya itu supaya ia mau berubah seperti dulu. Pada mulanya, saya merasa acuh tak acuh dengan sikap teman saya itu, saya berpikir  wong saya tidak melakukan kesalahan kok tiba-tiba dia seperti  itu, ya sudahlah, biarkan saja, biar Tuhan yang membalas. Namun, seiring berjalannya waktu, hati saya tidak nyaman, akhirnya saya mecoba merasa ikhlas, dan mengampuni teman saya itu, dan membawanya dalam doa. Memang sulit pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu, akhirnya saya bisa memaafkan dan merasa ia tetap menjadi teman saya walaupun ia masih menutup diri terhadap saya. Namun itulah cara saya mengasihi teman saya, yaitu dengan mengampuni dan mendoakannya. Mengampuni adalah salah satu bentuk kasih. Dan Mengasihi adalah salah satu bentuk wujud hidup sungguh-sungguh di dalam Tuhan. “Karena Allah adalah Kasih” ( 1 Yohanes 4 : 7-21)
Di bulan Februari, kata cinta dan kasih sayang terdengar sangat familiar. Tentu disebabkan karena di bulan Februari terdapat hari Kasih Sayang atau popular dengan Valentine Day. Namun sungguh disayangkan , pada jaman ini kasih sayang dan cinta yang tulus tidak mudah ditemukan. Kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Hati banyak orang telah membeku, karena fokus kehidupan telah berpusat pada diri sendiri, mereka mencintai diri sendiri. Orang tidak lagi hidup mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri, tetapi justru lebih menyedihkan lagi, yaitu mengutamakan kepentingan diri sendiri serta menghancurkan orang lain. Jika perlu hanya kepentingan kitalah yang dipenuhi. Hal ini sangat bertentangan dengan hati Tuhan. Kita sering berpikir bahwa mengasihi itu adalah pilihan, padahal mengasihi adalah perintah. Di tengah keadaan ini, marilah kita lebih bersungguh-sungguh mengasihi orang lain dengan cara melihat kebutuhan orang-orang di sekitar kita, sesudah itu mulailah berdoa kepada Tuhan apa yang Ia ingin untuk kita lakukan terhadap orang-orang tersebut. Tak ada salahnya apabila kita diberkati Tuhan dan dapat menjadi berkat pula bagi sesama kita. Kita tidak harus melakukan hal yang besar kepada sesama kita untuk menunjukkan bahwa kita mengasihinya. Ibu Teresa dari Calcuta menasihati kita semua agar senantiasa dengan dan dalam cinta kasih yang besar dalam melakukan segala sesuatu. "Bukan besarnya pekerjaan yang penting, melainkan pekerjaan sekecil apapun hendaknya dilaksanakan atau dilakukan dengan cinta kasih besar". Seperti halnya Ibu Teresa, seorang yang memberi hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di India. Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Untuk itu, kita juga harus melayani sesama kita dengan tidak mengenal batas, tak harus melakukan hal besar, yang terutama kita melakukannya dengan sungguh-sungguh. Seperti contohnya di dalam kelas kita, ada banyak orang dengan agama dan keyakinan yang berbeda-beda. Dan kita juga saling menghargai satu sama lain dengan tidak menjelek-jelekkan agama lain, tidak mengganggu teman kita yang sedang berdoa sesuai agamanya, menghargai teman kita yang menjalankan aturan sesuai kepercayaanya. Kita melakukan hal kecil yaitu “menghargai” namun bagi teman kita, rasa menghargai yang kita berikan memiliki arti yang cukup dalam bagi mereka, karena itu berarti kita juga mengasihi sesamakita walaupun kita berbeda.
            Teman-teman yang terkasih, mengasihi bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah perintah. Hidup sungguh-sungguh itu dinyatakan dalam tindakan kasih yang nyata. Jadi marilah kita memenuhi perintah Tuhan yang diwujudkan dalam perbuatan kita, karena “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:26). Hiduplah sungguh-sungguh dalam kasih Allah. Mengapa kita perlu hidup lebih bersungguh –sungguh? Karena Tuhan akan segera datang untuk kedua kalinya. Kita mengenal Tuhan bukan? Maka hiduplah di dalam kasih dan biarlah orang-orang di sekeliling kita mengecap kasih tersebut dan memuliakan Tuhan.

Labels