Bacaan : Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan
Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan
kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu
melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.
Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu
sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. Hal itu kamu lakukan juga
terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati
kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya. (1 Tesalonika 4:1, 9-10)
Audience : Remaja
Selamat Pagi Teman-teman yang
terkasih, Berkah Dalem..
Pada
hari ini, tema kita adalah hidup sungguh sungguh. Saya percaya bahwa kita semua
adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Bahkan sejak lahir, kita sudah
beragama dan diajak orang tua kita untuk mengenal Tuhan. Namun, apakah
sepanjang kita hidup, kita sudah benar-benar mengenal Tuhan? Banyak orang
berpikir bahwa cara untuk mengenal Tuhan tentunya diawali dengan percaya kepada Tuhan sebagai
juruselamat , berdoa, rajin ke tempat ibadah, membaca kitab suci, bertobat
kepada Tuhan. Namun, bukan hanya itu saja. Firman Tuhan mengatakan cara untuk
mengenal Tuhan sangat sederhana, yaitu dengan menaati perintah-perintahNya.
Lalu seperti apa perintah-perintah itu?
Perintah untuk mengasihi adalah
perintah terutama dan utama. Jika kita kembali ke 10 perintah Allah, maka
semuanya itu berbicara tentang 2 hal : mengasihi Allah dan mengasihi sesama
manusia. Hukum cinta kasih adalah hukum yang terutama dalam ajaran Tuhan. Kasih
pengampunan merupakan akar perdamaian sejati, dan jika kita menengok kembali
pada diri kita kiranya mau tak mau kita harus mengakui dan menghayati diri
sebagai orang yang telah menerima kasih pengampunan melimpah ruah dari Allah
melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita. Tanpa
kita sadari kasih Tuhan senantiasa terjadi pada hidup kita setiap saat, mulai
dari kita membuka mata mengawali hari kita, hingga kita akan beristirahat mengakhiri
hari kita. Tuhan mengasihi manusia tanpa membeda-bedakan, semua orang dikasihi
Tuhan, baik orang yang beriman maupun yang tidak beriman, bahkan yang sering
menyakiti hati Tuhan pun juga dikasihi Tuhan. Contoh konkritnya, Tuhan
memberikan sinar matahari yang sama bagi setiap orang tanpa membedakan suku
budaya agama ras, memberikan segarnya oksigen yang sama kepada semua orang
tanpa memandang apakah ia beriman atau
tidak. Sungguh, Tuhan benar-benar mengasihi kita dengan totalitas. Bahkan Allah
mengorbanan puteraNya yang tunggal Yesus Kristus, untuk wafat di kayu salib
demi menebus dosa-dosa umat manusia. Betapa besar kasih Tuhan pada kita bukan?
Lalu sudahkah kita membalas kasih Tuhan yang begitu besar pada kita?
“ Akhirnya, saudara-saudara, kami
minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami
bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah
kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. “ (1 Tesalonika 4:1)
Di dalam kutipan kitab
Tesalonika tadi, “berkenan kepada Allah”, dapat pula diartikan untuk
menyenangkan Allah. Lalu bagaimana kita
bisa menyenangkan hati Allah? Tentu dengan rajin berdoa, pergi ke tempat ibadah
saja tidaklah cukup. Namun kita juga harus hidup dalam Kasih Allah. Hidup dalam
kasih Allah dapat ditunjukkan dengan cara hidup kita yang mengasihi sesama. Sesama
adalah semua orang tanpa terkecuali. Sesama bukan hanya mereka yang kita kenal,
bukan hanya mereka yang bersikap baik pada kita, bukan hanya mereka yang kita
sayangi, tetapi sesama adalah semua orang yang berjumpa dengan kita termasuk
mereka yang tidak kita kenal dan mereka yang menjadi musuh atau yang telah
menyakiti kita. Seperti halnya Tuhan, yang mengasihi semua manusia tanpa
pengkotak- -sungguh di dalam Tuhan. Memang mengasihi semua orang apalagi yang
telah menyakiti hati kita tidaklah mudah. Butuh kebesaran hati untuk mengasihi
orang yang telah menyakiti hati kita. Dahulu saya memiliki teman, tetapi entah
mengapa teman saya itu berubah sikap kepada saya, tiba-tiba saja Ia menjadi
“dingin” kepada saya. Saya mencoba berbicara dan meminta maaf kepada dia,
tetapi tetap saja ia “dingin”. Saya tidak ingin hubungan pertemanan kami
menjadi rusak, namun apa daya, ia tetap seperti itu. Lalu saya memutuskan untuk
terus mendoakan teman saya itu supaya ia mau berubah seperti dulu. Pada
mulanya, saya merasa acuh tak acuh dengan sikap teman saya itu, saya
berpikir wong saya tidak melakukan kesalahan kok tiba-tiba dia seperti itu, ya sudahlah, biarkan saja, biar Tuhan
yang membalas. Namun, seiring berjalannya waktu, hati saya tidak nyaman,
akhirnya saya mecoba merasa ikhlas, dan mengampuni teman saya itu, dan
membawanya dalam doa. Memang sulit pada awalnya, namun seiring berjalannya
waktu, akhirnya saya bisa memaafkan dan merasa ia tetap menjadi teman saya
walaupun ia masih menutup diri terhadap saya. Namun itulah cara saya mengasihi
teman saya, yaitu dengan mengampuni dan mendoakannya. Mengampuni adalah salah
satu bentuk kasih. Dan Mengasihi adalah salah satu bentuk wujud hidup
sungguh-sungguh di dalam Tuhan. “Karena Allah
adalah Kasih” ( 1 Yohanes 4 : 7-21)
Di bulan Februari, kata
cinta dan kasih sayang terdengar sangat familiar. Tentu disebabkan karena di
bulan Februari terdapat hari Kasih Sayang atau popular dengan Valentine Day.
Namun sungguh disayangkan , pada jaman ini kasih sayang dan cinta yang tulus
tidak mudah ditemukan. Kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Hati banyak
orang telah membeku, karena fokus kehidupan telah berpusat pada diri sendiri,
mereka mencintai diri sendiri. Orang tidak lagi hidup mengutamakan kepentingan orang
lain di atas kepentingan diri sendiri, tetapi justru lebih menyedihkan lagi, yaitu
mengutamakan kepentingan diri sendiri serta menghancurkan orang lain. Jika
perlu hanya kepentingan kitalah yang dipenuhi. Hal ini sangat bertentangan
dengan hati Tuhan. Kita sering berpikir bahwa mengasihi itu adalah pilihan, padahal
mengasihi adalah perintah. Di tengah keadaan ini, marilah kita lebih
bersungguh-sungguh mengasihi orang lain dengan cara melihat kebutuhan
orang-orang di sekitar kita, sesudah itu mulailah berdoa kepada Tuhan apa yang
Ia ingin untuk kita lakukan terhadap orang-orang tersebut. Tak ada salahnya
apabila kita diberkati Tuhan dan dapat menjadi berkat pula bagi sesama kita.
Kita tidak harus melakukan hal yang besar kepada sesama kita untuk menunjukkan
bahwa kita mengasihinya. Ibu Teresa dari Calcuta menasihati kita semua agar senantiasa
dengan dan dalam cinta kasih yang besar dalam melakukan segala sesuatu. "Bukan besarnya pekerjaan yang penting,
melainkan pekerjaan sekecil apapun hendaknya dilaksanakan atau dilakukan dengan
cinta kasih besar". Seperti halnya Ibu Teresa, seorang yang memberi
hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di India. Pelayanan
Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Untuk itu, kita juga harus
melayani sesama kita dengan tidak mengenal batas, tak harus melakukan hal
besar, yang terutama kita melakukannya dengan sungguh-sungguh. Seperti
contohnya di dalam kelas kita, ada banyak orang dengan agama dan keyakinan yang
berbeda-beda. Dan kita juga saling menghargai satu sama lain dengan tidak
menjelek-jelekkan agama lain, tidak mengganggu teman kita yang sedang berdoa
sesuai agamanya, menghargai teman kita yang menjalankan aturan sesuai
kepercayaanya. Kita melakukan hal kecil yaitu “menghargai” namun bagi teman
kita, rasa menghargai yang kita berikan memiliki arti yang cukup dalam bagi
mereka, karena itu berarti kita juga mengasihi sesamakita walaupun kita
berbeda.
Teman-teman yang terkasih, mengasihi
bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah perintah. Hidup sungguh-sungguh itu
dinyatakan dalam tindakan kasih yang nyata. Jadi marilah kita memenuhi perintah
Tuhan yang diwujudkan dalam perbuatan kita, karena “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:26). Hiduplah
sungguh-sungguh dalam kasih Allah. Mengapa kita perlu hidup lebih bersungguh
–sungguh? Karena Tuhan akan segera datang untuk kedua kalinya. Kita mengenal
Tuhan bukan? Maka hiduplah di dalam kasih dan biarlah orang-orang di sekeliling
kita mengecap kasih tersebut dan memuliakan Tuhan.